Rachmat Gobel Tegaskan TKDN Wajib Transfer Teknologi
Dalam acara New Energy Vehicle Summit 2025 yang digelar Kumparan di kawasan SCBD pada Selasa (6/5/2025), Anggota Komisi VI DPR RI, Rachmat Gobel, menyampaikan pandangannya secara tegas terkait pentingnya transfer teknologi dan peran strategis kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Transfer Teknologi Tidak Datang Cuma-Cuma
Rachmat Gobel menegaskan bahwa transfer teknologi bukanlah sesuatu yang bisa didapat secara gratis. Ia menyampaikan, “Transfer teknologi itu harus direbut, tidak ada orang yang akan memberikan teknologinya secara cuma-cuma.”
Lebih lanjut, Gobel menjelaskan bahwa proses transfer teknologi berjalan secara bertahap. Dimulai dari transfer pekerjaan (transfer of job) dan transfer keterampilan (transfer of skill), dilanjutkan dengan penguasaan pengetahuan teknis (transfer of know-how), dan akhirnya mencapai alih hak kekayaan intelektual (transfer of intellectual property).
Ia memaparkan bahwa tahap awal melibatkan peralihan kemampuan teknis dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Setelah itu, pelaku industri mulai memahami konsep pembuatan barang hingga akhirnya memasuki tahap riset dan inovasi. “Nah, aspek ketiga ini yang membutuhkan kecanggihan berpikir dan ketekunan meriset,” tegasnya.
TKDN Jadi Instrumen Strategis
Sebagai kelanjutan dari pentingnya transfer teknologi, Gobel menekankan bahwa kebijakan TKDN memegang peran kunci. Menurutnya, kewajiban TKDN mendorong investor untuk membangun industri dalam negeri, bukan sekadar membuka pabrik.
Akibatnya, investor asing menanamkan modalnya, perusahaan menciptakan lapangan kerja, pelaku industri mengolah bahan baku di dalam negeri, dan tenaga kerja Indonesia meningkatkan kualitasnya secara signifikan. Ia mencontohkan bagaimana negara seperti Taiwan dan China memulai pembangunan industri dengan cara yang serupa.
Industri Komponen Bukan Hal Sepele
Gobel juga memperingatkan agar semua pihak tidak meremehkan peran industri komponen dan TKDN. “Ini bukan sekadar relokasi dan pengalihan pekerjaan, tapi soal strategi jangka panjang membangun kemandirian industri,” ujarnya.
Ia membagikan contoh dari Jepang, di mana sebuah perusahaan pembuat komponen pegas mobil kini mampu memproduksi per spiral ultra-tipis untuk alat kesehatan. Bahkan, sebuah perusahaan pembuat selang pembuangan mesin cuci kini telah berevolusi menjadi pemasok komponen roket dan pesawat luar angkasa.
Contoh tersebut menunjukkan bahwa perusahaan kecil bisa berkembang pesat asal mendapat dukungan insentif dari pemerintah, terutama dalam pengembangan riset dan inovasi (R&D). Menurut Gobel, jika pemerintah konsisten memberi dukungan, maka proses transfer teknologi akan berjalan secara alamiah.
Membedakan Pabrik dan Industri
Gobel juga mengingatkan bahwa membangun pabrik dan membangun industri adalah dua hal yang berbeda. “Pabrik itu hanya soal mesin dan tenaga kerja. Tapi industri itu membentuk ekosistem,” jelasnya.
Ia menggambarkan adanya piramida industri, dari perusahaan utama, industri pendukung tier-1 hingga tier-5, jaringan outlet resmi dan tidak resmi, hingga lembaga pendidikan dan sektor keuangan. Semua elemen tersebut saling terhubung dan membentuk ekosistem industri yang solid. Di dalamnya, UMKM pun memiliki peran penting.
Jaga Pasar Domestik, Bangun Kemandirian
Menutup pernyataannya, Gobel mengajak semua pihak untuk melindungi pasar dalam negeri. Ia menilai bahwa Indonesia memiliki populasi besar dan kekayaan sumber daya alam, yang menjadi daya tarik utama bagi investor.
“Yang pertama harus dilakukan adalah melindungi pasar kita. Bukan dengan membiarkan kita menjadi negara yang mengimpor segala hal,” tegasnya.
Kunjungi katalog kami segera untuk menemukan produk TKDN yang Anda butuhkan DI SINI.
Kunjungi juga kami di DI SINI.